How Fast Time Goes By


2012 benar-benar meninggalkan kesan mendalam, pelajaran berarti dan pengalaman berharga. Mungkin bisa disebut sebagai sebuah jalan menuju kedewasaan, dimana masalah dan bahagia datang silih berganti.

Mulai dari kuliah dulu deh... Masuk UI di tahun 2011 merupakan anugerah indah yang Allah kasih, masuk ke 2012, semuanya terasa lebih berat dan benar terasa bahwa tanggung jawab pun makin berat. 2012 bukan masa mahsiswa baru lagi bagi kami angkatan 2011, melainkan menjadi senior.

Senior, ya sebutan untuk mahasiswa tingkat dua dan selanjutnya. Senior tentu patut jadi teladan baik dalam bidang akademik maupun pergaulan sehari-hari di kampus. Benar-benar merasa disorot. Ya, senior adalah panutan.

Tak hanya itu, aku pun dituntut untuk belajar lebih serius. Tak ada waktu untuk pindah jurusan. Jalan terakhir adalah serius agar cepat tuntas. Juga harus punya banyak link dan mengasah skill lain. Kalau saja nanti kerjanya ga sesuai sama jurusan yang diambil sekarang, kan bisa melalui minat dan kemampuan.

Untuk urusan cinta... 2012 amazing banget! dan unpredictable serta benar-benar ngasih tau that LIFE IS NEVER FLAT. Di awal 2012, 20 Februari aku menunjukkan cintaku pada Allah, aku berhijab yang kuharap selamanya. Amin.

Bulan berikutnya, 18 Maret 2012 haha setelah berkali-kali putus nyambung dengan Alm. Sandy Frahmi, akhirnya kami berhasil menggenapkan usia pacaran menjadi satu tahun. Bahagia banget. Hubungan itu ternyata terpaksa berakhir di dua bulan berikutnya, pada 09 Juni 2012. Menyakitkan. Awalnya dia yang kecelakaan kemudian mengalamai amnesia ringan, kubantu mengingat semua hal penting pelan-pelan namun apa daya suatu hari dia mengingat sebuah nama yang selalu menjadi masalah dalam hubungan kami. Jamilah! Entah kapan nama itu benar-benar lenyap dari kehidupanku.....

Mereka masih menjalin hubungan ternyata, atas nama silaturahmi dengan bantuan sepupu kesayangan Ami, Mba Juairia (kukira begitu). Aku yang kesal dan kecewa, akhirnya memaki wanita itu lewat sms, aku tau itu benar-benar bodoh tapi apa daya, aku benar-benar kecewa. Petengkaran pun terjadi, wanita itu ternyata cengeng. Dia menangis dan mengadu pada pacarnya, dan akhirnya cowo itu meneleponku dan memaki-maki, tak puas, dia pun memaki lewat sms. What the hell! Terpaksa kuakhiri cinta kasih yang kurajut dengan susah payah itu. Aku pun menangis di pangkuan ibuku, juga dalam pelukan ayahku. Mereka tahu betul apa yang terjadi selama aku menjalin hubungan dengan almarhum. Mereka sahabat baikku.

After that struggling moments, I surrendered everything to Allah. I love him but so much hate him too. Lama kami tak berhubungan, dia mengontakku lagi. Aku terima hal itu dengan niatan silaturahmi. Masalah kembali muncul, kedua orang tua kami sama-sama tidak mengizinkan kami untuk saling berhubungan lagi. Yang kuingat, sampai ulang tahunku yang ke-19, 15 Juli lalu dia masih menemaniku lewat telepon singkat. Saat itu aku merayakannnya bersama Ka Icha, jadi aku tak punya banyak waktu untuk bersedih lagi. Kemudian kami masih rutin berkirim pesan singkat sampai Septembe,r lalu aku memutuskan untuk benar-benar mengakhiri segalanya, agar aku bisa jauh darinya dan bebas dari rasa ingin memilikinya lagi.

Kadang dia masih mengirimiku sms tapi kubalas seperlunya saja. 2 Minggu tanpa kabar sama sekali, sejak Idul Ftri karna kabar terakhir darinya yang kudapat bahwa ayahnya melarang kami untuk bertemu dan HPnya pun disita. Aku tak bisa apa-apa lagi, hanya saja kuingat rencana ia dan keluarganya untuk pergi haji. Kudoakan yang terbaik. Mba Juairia terkadang menjadi penyambung lidah di antara kami, namun tidak lama. Aku lelah dengan situasi itu, aku benar-benar menjauh pergi.

29 Oktober, aku menatap kalender dan mendapati tanda "love" yang melingkari tanggal 18 di setiap bulannya, kemudian entah kenapa semua tanda itu kuberi garis silang seakan tak mau hal itu ada lagi di hidupku. Sebelum tidur, aku tiba-tiba ingin menbaca buku harian selama kami berpacaran, aku menangis, merindukan hal itu. Lalu segera kuhapus air mata dan bangun lagi untuk mendengar rekaman telepon kami saat masih bersama dulu, lagi-lagi aku terharu dan menangis. Setelah tenang, aku meratapi diriku, kenapa aku melakukan hal itu. Apa yang akan terjadi?

Esok harinya, 30 Oktober sore, seperti biasa aku pulang kuliah jalan kaki bersama Sasha menuju Jalan Kober, hendak mencari angkot. Sasha pun memulai curhatannya, entah kenapa aku memberi saran dengan pengandaian hubungan aku dan alm. Sandy. Seketika aku merindukannya lagi,  dia sudah terasa amat jauh dariku. Lagi-lagi aku tak bisa mengelak untuk terus menyebut namanya. 2 jam kemudian aku tiba di rumah, malam sekitar jam 8 lebih. Ada sms dari Mba Juairia yang menyatakan kalo Sandy (Ami) telah tiada, aku tak menghiraukan seakan masih belum tersadar. Aku pun mandi, kemudian aku berpikir apakah hal itu benar? Kutahan air mataku. Aku coba berpikir jernih dan ikhlas jika itu benar terjadi.

Aku kembali ke kamar, kudapati banyak sms permhonan maaf atas kesalahan almarhum selama di dunia serta pesan penting lainnya. Di situ aku baru tersadar, dia telah tiada untuk selamanya. Tak ada lagi canda tawa, amarah dan tingkah manjanya. Semua hilang, lenyap. Baru aku sadar, apa yang kulakukan kemarin adalah firasat akan kepergiannya. Aku harus ikhlas.

Sejak kepergiannya, aku pun menjadi lebih dekat dengan keluarganya, Teteh, Aa Marco dan tentu Mba Juairia. Mereka dititipi amanat untuk menjagaku dan aku pun harus terbuka dengan mereka. Hampir setiap ada waktu luang, kami saling mengirim sms atau chat lewat whats app. Begitu rutin. Sampai ke suatu keadaan, Aa Marco jujur padaku bawa ia takut kalo sampai ia menyimpan rasa padaku sedangkan dia sendiri sudah bertunangan. Dia merasa sayang padaku, sebagai adiknya dan berharap itu tidak akan lebih. Aku pun begitu, aku benar-benar menganggap dia selalu sebagai mantan calon kakak ipar atau bahkan sebagai saudara baru. 

Akhir tahun ini benar-benar berat bagiku, aku akan selalu mengingat Sandy Frahmi, tetapi tidak selalu harus membawanya dalam kehidupanku yang sekarang, aku harus melanjutkan ini semua karena tidak hanya cinta yang kupikirkan, masih banyak hal lain.

Dalam keadaan abu-abu ini, aku dipertemukan dengan teman-teman baru, sesama anggota Club Badminton. Mereka menjadi teman baru sekaligus keluarga baruku. Aku sebaga wakil kabid turnamen, harus rajin datang melihat perkembangan pemain FIB ini dan sementara waktu juga aku dipercayai sebagai penarik iuran mingguan/ uang kas haha, hidupku tidak jauh-jauh dari keuangan. 

Nah ngomong-ngomong soal temen baru ini, mereka agak-agak sompret gimana gitu. Aku tau aku sedang tidak berpacaran tapi kan ga mesti main jodoh-jodohan segala ._. si A nyuruh aku buat coba-coba pacaran sama D, sebulaaaaan aja katanya. D dan aku cuma ngakak dan kita nanggepinnya biasa, kita tetep temenan dan si D pun dengan tampang meragukannya mengiyakan request tersebut hahaha sumpah ga penting banget game semacam itu. Toh kalo cocok, ntar juga bakal menyatu sendiri hehe. Udah ya kilas balik 2012-nya segitu aja. Selalu berharap yang terbaik dari waktu ke waktu. Selamat malam dan jazakillah khayran :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbandingan Swalayan

Dare to Be Plus-Sized Model

Biaya Hidup di Depok