28 Januari 2014 : A Day to Remember

Hari ini kuawali dengan menyambut kedatangan Angel di kosan untuk mengobrol bersama dan aku juga udah berencana untuk makan pempek yang aku bawa dari Palembang bersama teman-teman. Secara di kosanku gak bisa masak, maka dari itu kami memasaknya di kosan Aisya. 

Setelah Angel datang, kami pun mengobrol sambil menonton film kartun yang menjadi favoritku akhir-akhir ini, Masha and The Bear! Seperti yang dilakukan para sahabat, kami pun membahas masalah percintaan, kuliah sampai keluarga. Oh ya, seperti biasanya, Angel pun menyiksa Marek (teddy bear milikku- Marek aku anggap seperti baby sendiri haha) , tapi Angel suka dan gak pernah nyiksa Masha (mini teddy bear millikku- adiknya Marek haha). Kemudian aku mendapat pesan Kakao Talk dari Aisya bahwa dia terjebak macet. Di saat yang bersamaan Angel mendapat pesan Whats App dari Embun bahwa dia telah tiba di kosan Aisya. Panik. Udah, itu aja. Lalu aku dan Angel bergegas ke Kober untuk menyelamatkan Embun dari kebingungan kenapa di kosan Aisya belum ada teman-temannya.

Akhirnya tibalah kami di kosan Aisya. Kami dipersilakan masuk dan bahkan memasak oleh penjaga kosan, Mas Wawan atas nama Aisya tentunya. Sungguh mulia hati Mas Wawan. Angel, Embun dan aku pun memasak di dapur. Masaknya sambil baca majalah dan bergosip hahaha. Setelah pempek berhasil digoreng pun Aisya belum tiba. Kami pun setia menunggu sambil ngeliatin pempek yang menggoda. Kemudian dia datang! Segera kami santap pempek tanpa ragu.  

Setelah perut terisi, kami pun berangkat ke kampus untuk rapat BPH ISJ 2014. Rapat tersebut berjalan ramai lancar atau dengan kata lain kaya akan ide dan masukan. Berakhirlah rapat itu pukul 15.30 WIB. Di sela-sela rapat Aisya mengajakku pergi ke Goethe Haus untuk menyaksikan pemutaran film. Aku masih ragu. Lalu kami pun makan di Qimpul dan sepakat akan pergi ke Goethe bersama naik commuter line pada jam setengah enam. 

Kami pun bertemu di depan gang Kober untuk berangkat bersama. Lalu kami berjalan menuju stasiun. Di sana kami mengobrol sejenak sambil menunggu datangnya kereta. Saat kereta datang pun obrolan tetap berlanjut. Di dalam gerbong khusus wanita itu bibir kami tak berhenti berkicau. Tema obrolan selalu sama, yakni masalah perkuliahan, keluarga dan percintaan. Saat berhenti di stasiun Tanjung Barat aku melihat Frau Otto menunggu di depan pintu gerbong yang sama dengan kami. Saat pintu terbuka dan beliau memasuki gerbong, kami langsung menyapa dan beliau langsung mendekat. Kami bertiga berdiri berdekatan. Tanpa kata, hanya tersenyum. Kami berdua mendadak bisu, nggak bisa ngomong bahasa Jerman sama sekali. Akhirnya kami berani membuka obrolan dengan menanyakan tujuan beliau. Wah, kami sama-sama mau ke Goethe!!! Lalu obrolan pun berlanjut. Susah sih untuk mengerti hahaha tapi alhamdulillah lancar dan semua mata tertuju pada kami. Ada yang menatap dengan senyum, lebih banyak yang menatap heran. 

Saat kami tiba di stasiun Gondangdia, kami pun melangkah keluar dari gerbong itu dan memutuskan untuk jalan kaki sampai ke Goethe Institute. Sambil berjalan setengah berlari pun kami masih mengobrol. Sesak nafas. Hahaha. Akhirnya kami tiba di Goethe dan langsung melakukan registrasi. Banyak pengunjung yang datang, ada orang Indonesia dan sisanya bule. Film yang kami saksikan berjudul The Mirror Never Lies yang dibintangi oleh Atiqah Hasiholan, Reza Rahadian, Gita Novalista dan Eko karya Kamila Andini yang merupakan putri dari Garin Nugroho. Film ini sangat menarik. Ceritanya "hidup" karena mengandung pesan moral yang dalam, komedi dan cerita cinta.Sepanjang pemutaran film ini pun kami sering berpandangan dan bertukar tawa. Sangat menghibur. Oh ya, film ini berlokasi di Wakatobi. Sangat indah. Worth to watch!

Selesai menonton film yang berdurasi kurang lebih 2 jam itu, aku dan Aisya berfoto-foto karena kebetulan ada semacam pameran kecil bertema Landes Kunde Jerman. Nih foto-fotonya :)



Obst und Gemuese


Fotos ueber Deutschland 

Bagus kan fotonya? Hehe maaf ya gak terlalu jelas karena diambil pakai kamera handphone yang gak ada flash-nya.

Setelah selesai berfoto, kami pun meninggalkan bangunan yang beralamat di Jalan Sam Ratulangi itu. Ternyata hujan sangat deras.... Kami bertiga bergegas memakai payung dan berlari menuju stasiun yang jaraknya lumayan. Tetep... ngobrol. Hahaha. Nah, di dalam gerbong kami tak banyak bercakap. Kami mempersilakan Frau Otto untuk duduk karena kebetulan ada bangku yang kosong. Lalu aku dan aisya terus mengobrol hahaha nggak ada habisnya. Tiba di stasiun Tanjung Barat, kami mengucapkan selamat tinggal pada Frau Otto. Sungguh malam yang menyenangkan juga berkesan. Dan hari ini bisa dibilang " a day to remember ".

Sekian cerita hari ini. Selamat Malam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbandingan Swalayan

Dare to Be Plus-Sized Model

Biaya Hidup di Depok